BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Setiap orang yang bekerja di suatu
pekerjaan atau organisasi, harus mempunyai komitmen dalam bekerja karena
apabila suatu perusahaan karyawannya tidak mempunyai suatu komitmen dalam
bekerja, maka tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut tidak akan
tercapai. Namun terkadang suatu perusahaan atau organisasi kurang memperhatikan
komitmen yang ada terhadap karyawannya, sehingga berdampak pada penurunan
kinerja terhadap karyawan ataupun loyalitas karyawan menjadi berkurang.
Komitmen pada setiap karywan sangat
penting karena dengan suatu komitmen seorang karyawan dapat menjadi lebih
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibanding dengan karyawan yang tidak
mempunyai komitmen. Biasanya karyawan yang memiliki suatu komitmen, akan
bekerja secara optimal sehingga dapat mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga
dan waktunya untuk bekerja, sehingga apa yang sudah dikerjakan sesuai dengan
harapan perusahaan.
- Rumusan Masalah
1. Apa definisi komitmen organisasi?
2. Bagaimana proses komitmen organisasi?
3. Apa saja faktor komitmen organisasi?
4. Bagaimana bentuk dan indikator komitmen
organisasi?
5. Bagaimana pemberdayaan komitmen
organisasi?
6. Bagaimana dampak komitmen organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi Komitmen Organisasi
Meyer dan Allen (1991), merumuskan suatu
definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk
psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan
organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk
melanjutkan keanggotaanya dalam berorganisasi.
Mathis dan Jackson (2000) memberikan
definis, “Organizational Commitment is
the degree to which employees belive in and accept organizational goals and
desire to remain with the organization.” ( Komitmen organisasional adalah
derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan
akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi).
Dari beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa komitmen organisasional adalah suatu ikatan psikologis
karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya:
1. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat
atas tujuan dan nilai-nilai organisasi,
2. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan
organisasi, dan
3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan
kedudukan sebagai anggota organisasi.
B.
Proses terjadinya Komitmen Organisasi
Garry Dessler (1999) mengemukakan
sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen karyawan pada
organisasi, yaitu:
- Make it charismatic:
Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang karismatik, sesuatu
yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berperilaku,
bersikap dan bertindak.
- Build the tradition:
segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi
yang secara terus-menerus dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
- Have comperhensive grievance procedures:
bila ada keluhan atau komplain dari pihak luar ataupun dari internal
organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi
keluahan tersebut secara menyeluruh.
- Provide extensive two-way communications: Jalinlah
komunikasi dua arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
- Create a sense of community:
Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai sesuatu community di mana di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan,
rasa memiliki, kerja sama, berbagi, dll.
- Build value-based homogeneity: Membangun
nilai-nilai yang didasarkan adanya kesamaan.
- Share and share a like:
Sebaiknya organisasi membuat kebijakan di mana antara karyawan level bawah
sampai yang paling atas tidak terlalu berbeda atau mencolok dalam
kompensasi yang diterima, gaya hidup, penampilan fisik, dll.
- Emphasize barnraising, cross-utilization, and teamwork: organisasi
sebagai suatu comunity harus
bekerja sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan
kesempatan yang sama pada anggota organisasi.
- Get together:
Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi sehingga
kebersamaan bisa terjalin.
- Support employee development:
Hasil studi menunjukkan bahwa karyawan akan lebih memiliki komitmen
terhadap organisasi bila organisasi memperhatikan perkembangan karier
karier karyawan dalam jangka panjang.
- Commit to Actualizing:
setiap karyawan diberi kesempatan yang sam untuk mengaktualisasikan diri
secara maksimal di organisasi sesuai dengan kapasitas masing-masing.
- Provide first-year job challenge: Karyawan masuk
ke organisasi dengan membawa mimpi dan harapannya, kebutuhannya. Berikan
bantuan yang kongkret bagi karyawan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya dan mewujudkan impiannya.
- Enrich and empower.
Ciptakan kondisi agar karyawan bekerja tidak secara monoton karena
rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan bagi karyawan.
- Promote from within.
Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan pertama diberikan kepada
pihak intern perusahaan sebelum merekrut karyawan dari luar perusahaan.
- Provide development activities. Bila
organisasi membuat kebijakan untuk merekrut karyawan dari dalam sebagai
prioritas maka dengan sendirinya hal itu akan memotivasi karyawan untuk
terus tumbuh dan berkembang personalnya, juga jabatannya.
- The question of employee security.
Bila karyawan merasa aman, baik fisik, maupun psikis, maka komitmen akan
muncul dengan sendirinya.
- Commit to people-first values. Membangun
komitmen karyawan pada organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak
bisa dibentuk secara instan.
- Put it in writing.
Data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan, filosofi, sejarah,
strategi, dll. Organisasi sebaiknya dibuat dalam bentuk tulisan, bukan
sekedar bahasa lisan.
- Hire “Right-Kind” managers. Bila
pimpinan ingin menanamkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan,
displin, dll. Pada bawahan, sebaiknya pimpinan sendiri memberikan teladan
dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari,
- Walk the talk.
Tindakan jauh lebih efektif dari sekedar kata-kata.
C.
Faktor-faktor Komitmen Organisasi
Komitmen karyawan pada organisasi tidak
terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap.
Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. David
(dalam Minner, 1997) mengemukakan empat faktor yang memengaruhi komitmen karyawan
pada organisasi, yaitu:
1.
Faktor personal,
misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
kepribadian, dll.
2.
Karakteristik
pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran
dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dll.
3.
Karakteristik
struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi seperti
sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat
pengendalian yang dilakukan organnisasi terhadapkaryawan.
4.
Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan
sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan
yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja
memiliki tingkat komitmen yang yang berlainan.
Stum (1998) mengemukakan ada 5 faktor
yang berpengaruh terhadap komitmen organisasional: (1) budaya keterbukaan (2)
kepuasan kerja (3) kesempatan personal untuk berkembang (4) arah organisasi dan
(5) penghargaan kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan Young et.al
(1998) mengemukakan ada 8 faktor yang secara positif berpengaruh terhadap
komitmen organisasional: (1) kepuasan terhadap promosi, (2) karakteristik
pekerjaan, (3) komunikasi, (4) kepuasan terhadap kepemimpinan, (5) pertukaran
ekstrinsik, (6) pertukaran intrisik, (7) imbalan ekstrinsik, (8) imbalan
intrinsic.
Steers dan Porter (dalam Suoriyanto,
2000) mengemukakan ada sejumlah faktor yang memengaruhi komitmen karyawan pada
organisasi, yaitu:
1.
Faktor personal
yang meliputi job expectations,
psychological contract, job choice factors, krakteristik personal. Keseluruhan factor ini
akan membentuk komitmen awal.
2.
Faktor
organisas, meliputi initial work experiences, job scope,
supervision, goal consistency organizational. Semua faktor itu akan
membentuk atau memunculkan tanggung jawab.
3.
Non-organizational
faktors, yang meliputi availability
of alternative jobs. Factor yang bukan berasal dari dalam organisasi,
misalnya ada tidaknya alternative pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik,
tentu karyawan akan meninggalkannya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi komitmen organisasional adalah:
1.
Faktor personal,
2.
Faktor
organisasional, dan
3.
Faktor yang bukan dari dalam organisasi
D.
Bentuk dan Indikator Komitmen Organisasi
Meyer, Allen, dan Smith dalam Spector
(1998) mengemukakan bahwa ada tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:
- Affective commitment,
terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena
adanya ikatan emosional. Hal ini berarti bahwa individu tersebut akan
memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi yang berarti terhadap
organisasi dibandingkan individu dengan affective commitment yang lebih rendah. Berdasarkan beberapa
penelitian, affective commitment memiliki hubungan yang sangat erat
dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau absen dalam
organisasi.
- Continuance commitment,
muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena
membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan
tersebut tidak menamukan pekerjaan lain.
- Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
E.
Pemberdayaan Komitmen Organisasi
Pemberdayaan yang dapat dikembangkan
untuk memperkuat komitmen organisasi, yaitu sebagai berikut (Sharafat Khan
dalam Rokhman, 1997);
1) Lama Bekerja (Time)
Lama bekerja
merupakan waktu yang telah dijalani seseorang dalam melakukan pekerjaan pada
perusahaan. Semakin lama seseorang bertahan dalam perusahaan, semakin terlihat
bahwa dia berkomitmen terhadap perusahaan.
2) Kepercayaan
(trust)
Setelah
pemberdayaan dilakukan oleh pihak manajemen, langkah selanjutnya, yaitu
membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan. Adanya saling percaya di
antara anggota organisasi akan menciptakan kondisi yang baik untuk pertukaran
informasi dan saran tanpa adanya rasa takut. Kepercayaan antara keduanya dapat
diciptakan dengan cara:
a. Menyediakan
waktu dan sumber daya yang cukup bagi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.
b. Menyediakan
pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja.
c. Menghargai
perbedaan pandangan dan perbedaan kesuksesan yang diraih karyawan.
d. Menyediakan
akses informasi yang cukup.
3) Rasa
percaya diri (confident)
rasa
percaya diri dapat menimbulkan rasa percaya diri bagi karyawan dengan
menghargai kemampuan yang dimiliki karyawan sehingga komitmen terhadap
perusahaan semakin tinggi. Keyakinan karyawan dapat ditimbulkan dengan cara:
a. Mendelegasikan
tugas penting bagi karyawan.
b. Menggali
saran dan ide dari karyawan.
c. Memperluas
tugas dan membangun jaringan antar departemen.
d. Menyediakan
instruksi tugas untuk penyelesaian pekerjaan yang baik.
4) Kredibilitas
(credibility)
Menjaga kredibilitas dengan
penghargaan dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang
sehat sehingga tercipta organisasi yang memiliki kinerja tinggi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
a. Memandang
karyawan sebagai partner strategis.
b. Meningkatkan
target di semua bagian pekerjaan,
c. Mendorong
inisiatif individu untuk melakukan perubahan melalui partisipasi.
d. Membantu
menyelesaikan perbedaan dalam pemnentuan tujuan dan prioritas.
5) Pertanggungjawaban
(accountability)
Pertanggungjawaban karyawan pada
wewenang yang diberikan dengan menetapkan secara konsisten dan jelas tentang
peran, standard an tujuan tentang penilaian terhadap kinerja karyawan. Tahap
ini merupakan sarana evaluasi terhadap kinerja karyawan dalam penyelesaian dan
tanggungjawab terhadap wewenang yang diberikan.
Akuntabilitas dapat dilakukan
dengan cara:
a. Menggunakan
jalur training dalam mengevaluaisi kinerja karyawan.
b. Memberikan
tugas yang jelas dan ukuran yang jelas.
c. Melibatkan
karyawan dalam penentuan standard an ukuran kinerja.
d. Memberikan
saran dan bantuan kepada karyawan dalam menyelesaikan tugasnya.
F.
Dampak Komitmen Organisasi
Komitmen karyawan terhadap organisasi
adalah bertingkat, dari tingkatan yang sangat rendah hingga tingkatan yang
sangat tinggi. Ditinjau dari segi organisasi, karyawan berkomitmen rendah akan
berdampak pada turn over (Koch,1978),
tingginya absensi, meningkatnya kelambanan kerja dan kurangnya intensitas untuk
bertahan sebagai karyawan di organisasi tersebut (Angle, 1981), rendahnya
kualitas kerja (Steers, 1968), dan kurangnya loyalitas pada perusahaan (SCHEIN,
1968).
Ditinjau dari sudut karyawan, komitmen
karyawan yang tinggi akan berdampak pada peningkatan karir karyawan itu
sendiri. Komitmen karyawan baik yang tinggi maupun yang rendah, akan berdampak
pada: 1) karyawan itu sendiri, misalnya terhadap perkembangan karier karyawan
itu di organisasi/perusahaan (2) organisasi. Karyawan yang berkomitmen tinggi
pada organisasi akan menimbulkan kinerja organisasi yang tinggi, tingkat
absensi berkurang, loyalitas karyawan, dll.
Sopiah, Perilaku Organisasional, Andi Offset, Yogyakarta, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar